KENALI PENYAKIT TUNGRO DAN TRIK CARA PENCEGAHAN
OLEH : KIKI SYAHRUL HIKMAT, S.Pt
Disampaikan Pada Kegiatan Tatap Muka Kelompoktani
BALAI PENYULUHAN PERTANIAN MANDIRANCAN
UPTD KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN MANDIRANCAN 2023
KATA PENGANTAR
Brosur ini disusun dengan maksud membantu para petani dalam mengelola usahatani khususnya petani tanaman pangan padi sawah. Penyusunan brosur ini penulis menggunakan beberapa bahan sumber untuk kelengkapannya.
Semoga brosur sederhana ini dapat digunakan sebagai pegangan dan dapat menambah khasanah tulis mengenai kenali penyakit tungro dan trik cara pencegahan. Akhirnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Balai Penyuluhan
Pertanian Mandirancan atas bantuannya.
PPL WKPP Mandirancan V
Balai Penyuluhan Pertanian Mandirancan
DAFTAR ISI
Hal
I. Pendahuluan
Penyakit tungro merupakan penyakit padi yang disebabkan oleh dua jenis virus yaitu virus yang berbentuk batang atau virus batang tungro padi Rice tungro bacilliform
II. Gejala Penyakit Tungro........................................................................ 5
IV. Tanam Serempak................................................................................. 6
V. Menanam Varietas............................................................................... 6
VI. Tanam Jajar Legowo............................................................................ 6
VII. Eradikasi Tanaman............................................................................... 7
VIII. Pemupukan N....................................................................................... 7
IX. Penggunaan Pestisida........................................................................... 7
virus (RTBV), dan virus berbentuk bulat atau virus bulat tungro padi Rice tungro spherical virus (RTSV). Kedua virus tersebut ditularkan oleh beberapa spesies wereng hijau dan wereng daun lainnya. Tanaman padi yang terinfeksi virus-virus tungro umumnya tampak kerdil dan daun berwarna kuning terutama pada daun muda.
Tanaman padi yang sudah terserang tungro tidak dapat disembuhkan. Pengendalian penyakit ditujukan untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau yang menularkan penyakit. Upaya pengendalian harus dilakukan secara terpadu.
Virus tungro tidak menetap di tanah, tapi di tanaman rerumputan. Karena itu bisa berpindah dari lokasi pertanaman yang satu ke lokasi lainnya. Tanaman yang ada gejala penyakit tungro bisa dilihat saat masa vegetatif (4-6 minggu setelah tanam). Hal ini karena penularan penyakit tungro yang dapat terjadi sejak dipersemaian. Gejalanya, daun tanaman muda berwarna kuning, kerdil dan daun melintir, anakan berkurang. Karena virus tungro terdiri dari virus RNA dan DNA, sehingga terkadang dalam deteksi molekuler susah terdeteksi. Sifat inilah yang menjadikan virus tungro tidak bisa hilang secara sepenuhnya di wilayah yang sudah endemik. Waktu ledakan virus tungro pun sebenarnya berpola sesuai dengan agroekosistem dan lokasi pertanaman.
II. Gejala Penyakit Tungro
Gejala utama penyakit tungro terlihat pada perubahan warna daun terutama pada daun muda berwarna kuning oranye dimulai dari ujung daun. Daun muda agak menggulung, jumlah anakan berkurang, tanaman kerdil dan pertumbuhan terhambat. Gejala ini biasanya tersebar mengelompok pada areal pertanaman padi sehingga hamparan tanaman padi terlihat bergelombang karena adanya perbedaan tinggi tanaman antara tanaman sehat dan tanaman sakit. Gejala biasanya mulai tampak pada 6-15 hari setelah terinfeksi. Tanaman muda lebih rentan terinfeksi disbanding tanaman tua. Jika tanaman sampai berumur dua bulan terhindar dari infeksi, penyakit tungro kurang berpengaruh terhadap kerusakan dan kehilangan hasil.
III. Cegah Tungro
Untuk mencegah serangan penyakit tungro, perlu adanya penyesuaian tanam varietas tahan tungro saat populasi wereng hijau sedang tinggi. Sangat disarankan, untuk mengatur waktu tanam, sehingga saat puncak populasi tungro, tanaman sudah memasuki fase generatif atau 45 hari atau lebih masa tanam. Sebab, serangan yang terjadi setelah masuk fase tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.
Perhatikan juga kondisi klimatologis daerah. Pasalnya, puncak populasi wereng hijau terjadi pada 1,5-2 bulan setelah curah hujan mencapai puncaknya. Saat populasi wereng hijau mencapai puncaknya, tanaman padi yang masih muda atau berumur 21- 35 hari setelah tanam sangat peka terserang tungro. Dengan demikian waktu tanam yang tepat adalah 30-45 hari sebelum puncak curah hujan atau pada saat curah hujan mencapai puncaknya.
IV. Tanam Serempak
Upaya menanam tepat waktu tidak efektif jika tidak dilakukan secara serempak. Penanaman yang tidak serempak akan menjamin ketersediaan inang dalam rentang waktu yang panjang bagi perkembangan virus tungro. Sedangkan bertanam serempak akan memutus siklus hidup wereng hijau dan keberadaan sumber inokulum.
Penularan tungro tidak akan terjadi apabila tidak tersedia sumber inokulum walaupun ditemukan wereng hijau sebaliknya walaupun populasi wereng hijau rendah akan terjadi penularan apabila tersedia sumber inokulum.
V. Menanam Varietas
Menanam varietas tahan merupakan komponen penting dalam pengendalian penyakit tungro. Varietas tahan artinya mampu mempertahankan diri dari infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng hijau. Meski terserang varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal, sehingga dapat menghasilkan secara normal.
Beberapa varietas tahan tungro antara lain Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad Balian, Kalimas, Bondoyudo, IR 66, IR 72 dan IR 74 dan sejumlah varietas Inpari juga dinyatakan sebagai tahan tungro.
VI. Tanam Jajar Legowo
Tanam jajar legowo menyebabkan kondisi iklim mikro di bawah kanopi tanaman kurang mendukung perkembangan pathogen. Pada tanam jajar legowo, wereng hijau kurang aktif berpindah antar rumpun, sehingga penularan dan penyebaran tungro terbatas.
VII. Eradikasi Tanaman
Eradikasi atau memusnahkan tanaman terserang merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk menghilangkan sumber inokulum, sehingga tidak tersedia sumber penularan. Eradikasi harus dilakukan sesegera mungkin setelah ada gejala serangan dengan cara mencabut seluruh tanaman sakit kemudian dibenamkan dalam tanah atau dibakar.
VIII. Pemupukan N
Pemupukan N yang berlebihan menyebabkan tanaman menjadi lemah, mudah terserang wereng hijau sehingga memudahkan terjadi infeksi tungro. Karena itu pemupukan N harus berdasarkan pengamatan dengan bagan warna daun (BWD) untuk mengetahui waktu pemupukan yang tepat. Dengan BWD, pemberian pupuk N secara berangsur-angsur sesuai kebutuhan tanaman sehingga tanaman tidak akan menyerap N secara berlebihan.
IX. Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida dalam mengendalikan tungro bertujuan untuk eradikasi wereng hijau pada tanaman yang telah tertular tungro agar tidak menyebar ke pertanaman lain dan mencegah terjadinya infeksi virus pada tanaman sehat. Beberapa insektisida efektif terutama yang berbahan aktif BPMC, bufrezin, imidakloprid, carbofuran, MIPC atau tiametoksam.
Penggunaan insektisida butiran (carbofuran) lebih efektif mencegah penularan tungro. Insektisida hanya efektif menekan populasi wereng hijau pada pertanaman padi yang menerapkan pola tanam serempak.
Karena itu pengendalian penyakit tungro akan berhasil apabila dilakukan secara bersama-sama dalam hamparan relatif luas. Utamakan pencegahan melalui pengelolaan tanaman yang tepat untuk memperoleh tanaman yang sehat sehingga mampu bertahan dari ancaman hama dan penyakit.
Daftar Pustaka
Anonim. 1992 dalam Widiarta . Tungro dan wereng hijau. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 194 hal.
Hamid A dan H.Nirwanto. 2009. Korelasi penyakit virus tungro dengan berbagai jenis wereng hijau tanaman padi (Oryza Sativa) di Jawa Timur. Jurnal Pertanian Mapeta 12 (1) :1–10
Yurdiarti, T. 2010. Cara Praktis dan Ekonomis Mengatasi Hama dan Penyakit Tanaman Pangan dan Holtikultura. Graha Ilmu. Yokyakarta. 94 hal