I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SRI adaah teknik Budidaya yang mampu meningkatkan produkstivitas padi dengan mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. Metode ini tebukti dapat meningkatkan hasil sebesar 50% bahkan dibeberapa tempat mencapai lebih dari 100%. Uji coba pertama SRI di Indonesia dilaksanakan oleh lembaga peelitian dan pengembangan pertanian di Sukamandi, Jawa Barat pada tahun 1999 dengan hasil 6,2 ton /ha dan musim hujan 1999/2000 dengqn hasil rata-rata 8,2 ton/ha.
B. Prinsip-prinsip budidaya padi hemat air
metode SRI.
1. Tanam bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai (hss) ketika bibit masih berdaun 2 helai Maxsimal 14 hari.
2. Tanaman dengan satu bibit tiap lubang dengan jarak tanam 30 x 30 cm, 35 x 35 cm atau lebih jarang lagi. Atau dengan sistem jajar legowo
3. Pindah tanam harus segera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akar tidak purtus dan ditanam dangkal.
4. Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan pada periode tertentu dikeringkan sampai pecah (irigasi berselang/ terputus)
5. Penyiangan sejak awal 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari.
6. sedapat mungkin menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk hijau) walaupun ini bukan keharusan.
C. Kelebihan SRI
1. Tanaman hemat air ( Pemberian air Max 2 cm paling baik macak-macak sekitar 5 mm) dan ada periode pengeringan sampai tanah pecah-pecah rigasi terputus).
2. Hemat biaya ( butu benih 5 kg /ha), tidak butuh biaya pencabutan bibit, pindah bibit, tenaga tanam berkurang, dll).
3. Hemat waktu ( ditanam bibit muda 5 -12 hari setelah semai, panen lebih awal).
4. Produksi meningkat dibeberapa tempat sampai mencapai 11 ton/ha.
II. Budidaya Metode SRI
A. Pengolahan tanah.
Untuk mendapatkan media tumbuh yang baik maka lahan diolah seperti tanam padi umumya, yaitu tanah dibajak sedalam 25 – 30 cm, sambil membenamkan sisa tanaman dan rumput-rumputan kemudian digemburkan dengan garu sampai terbentuk struktur lumpur yag sempurna lalu diratakan sebaik mungkin sehingga pada saat diberikan air petakan sawah merata. Dianjurkan waktu pembajakan diberikan pupuk organik (pupuk kandang, kompos, Pupuk hijau)
B. Perendaman Bibit Bernas
Untuk mendapatkan benih bermutu baik/ bernas, maka perlu dilakukan pemilahan, yaitu dengan menggunakan larutan garam dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Masukan air kedalam ember, kemudian masukan garam lalu diaduk sampai larut, jumlah garam dianggap cukup bila telor itik bisa mengapung.
2. Masukan benih padi ke dalam ember, kemudian pisahkan benih yang mengambang dengan yang tenggelam. Selanjutnya benih yang tenggelam yang bermutu dicuci dengan air biasa sampai bersih.
C. Perendaman dan Penganginan Benih
Setelah uji benih selesi proses berikutnya adalah
sebagai berikut :
1. Benih yang bermutu (tenggelam) direndam dalam air bersih selama 24 – 48 Jam .
2. Setelah direndam , dianginkan selama 24 - 48 jam sampai berkecambah.
D. Persemaian
Persemaian dalam SRI tidak harus menggunakan persemaian disawah, tetapi bisa juga dengan menggunakan baki plastik, atau +kotak yang terbuat dari bambu, pipiti, atau besek. Tujuannya untuk memudahkan dalam pemindahan dan pencabutan dan penanaman :
1. Benih yang digunakan tergantung pada kebiasaan dan kesukaan petani
2. Pipiti, Baki, Besek dilapisi dengan daun pisang yang sudah dilemaskan, kemudian berikan tanah yang subur dan kompos dengan (perbandingan 1:1), tinggi tanah pembibitan sekitar 4 Cm.
3. Benih ditabur dlam tempat persemaian, kemudian tutup tanah tipis.
E. Penanaman
Penanaman dalam sistem SRI bisa dilakukan dengan bujur sangkar 30 x 30 Cm, 35 x 35 Cm atau lebih jarang lagi, atau menggunakan sistem jajar legowo. Bibit tanaman umur 5 – 15 hasri (berdaun dua) dengan jumlah benih perlubang satu tanaman/ tanam tunggal, tanam dangkal 1-1,5cm, posisi perakaran seperti hurup L.
F. Pemupukan
Takaran pupuk mengikuti anjuran dari dinas pertanian, tetapi yang paling utama dalam SRI yaitu penggunaan pupuk organik 7 ton /Ha.
G. Penyiangan
Penyiangan dilakukan minimal 3 kali, dengan menggunakan gasrok, landak, untuk membersihkan gulma dan menggemburkan tanah, Sehingga pertumbuhan akar akan lebih baik.
H. Pemberian Air
Dengan cara terputus-putus (interminten) dengan ketinggian air dipetakan sawah Maxsimal 2 Cm, macak-macak (0,5). Pada periode tertentu petak sawah harus dikeringkan.
I. Pegedalian Hama Penyakit
Dilakukan dengan menggunakan pola PHT, sehingga diusahakan untuk menggunakan bahan pestisida alami/ Nabati.
Sumber : Balai besar Penelitian Tanaman Padi, Kementan tahun 2020.