Share

PUPUK KOMPOS

 

 

 


 

Oleh : Kiki Syahrul Hikmat

 

 

Disampaikan Pada Kegiatan Tatap Muka Kelompoktani

 

 

 

 

 

 


BALAI PENYULUHAN PERTANIAN MANDIRANCAN UPTD KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN MANDIRANCAN

2023


KATA PENGANTAR

 


Brosur ini disusun dengan maksud membantu para petani dalam mengelola usahatani khususnya petani hortikultura. Penyusunan brosur ini penulis menggunakan beberapa bahan sumber untuk kelengkapannya.

Semoga brosur sederhana ini dapat digunakan sebagai pegangan dan dapat menambah khasanah tulis mengenai Pupuk Kompos.

Akhirnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Balai Penyuluhan Pertanian Mandirancan atas bantuannya.

 

 

 

 

 

PPL WKPP Mandirancan V

Balai Penyuluhan Pertanian Mandirancan


DAFTAR ISI


 

 

Hal


I.         Pendahuluan

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,


KATA PENGANTAR...................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................... 3

I.   Pendahululan.................................................................................................................. 4

II   Jenis-jenis Kompos...................................................................................................... 4

III.       Manfaat Kompos........................................................................................................... 4

IV.      Dasar-dasar Pengomposan.................................................................................... 5

V.      Tahapan Pengomposan............................................................................................ 7

VI.      Kontol Proses Produksi Kompos....................................................................... 9

VII.       Proses Pengontrolan.................................................................................................. 9

VIII.       Mutu Kompos................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 10


lembap, dan aerobik (H20 dan CO2) + senyawa nutrisi atau anaerobik (Gas Amoniak, hidrogen silfida (H2S), methana (CH4)) + senyawa lebih sederhana (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses di mana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Bahan baku pengomposan adalah semua material yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian.

II.               Jenis-jenis kompos

·         Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan organik yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut.

·         Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan tebu di pabrik gula.

·         Kompos bokashi.

III.            Manfaat Kompos

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari


tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari aspek ekonomi :

1.      Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah

2.      Mengurangi volume/ukuran limbah

3.      Memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada bahan asalnya Ditinjau dari aspek lingkungan :

1.      Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah

2.      Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan Ditinjau dari aspek bagi tanah/tanaman:

1.      Meningkatkan kesuburan tanah

2.      Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah

3.      Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah

4.      Meningkatkan aktivitas mikroba tanah

5.      Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)

6.      Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman

7.      Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman

8.      Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah


IV.             Dasar-dasar Pengomposan

a.            Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan

Bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut. Bahan yang paling baik menurut ukuran waktu, untuk dibuat menjadi kompos dinilai dari rasio karbon dan nitrogen di dalam


bahan / material organik seperti limbah pertanian: ampas tebu dan kotoran ternak.

b.            Proses Pengomposan

Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50 - 70 oC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba- mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.

Proses pengomposan tergantung pada :

1.     Karakteristik bahan yang dikomposkan

2.     Aktivator pengomposan yang dipergunakan

3.     Metode pengomposan yang dilakukan

c.             Faktor yang mempengaruhi proses Pengomposan

Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati.


Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.

d.            Strategi Mempercepat Proses Pengomposan

Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa strategi. Secara umum strategi untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:

1.      Menanipulasi kondisi/faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan.

2.      Menambahkan Organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacing).

3.      Menggabungkan strategi pertama dan kedua.

e.             Memanipulasi Kondisi dan Menambahkan Aktivator Pengomposan

Strategi proses pengomposan yang saat ini banyak dikembangkan adalah mengabungkan dua strategi di atas. Kondisi pengomposan dibuat seoptimal mungkin dengan menambahkan aktivator pengomposan.

f.       Pertimbangan untuk menentukan strategi pengomposan

Seringkali tidak dapat menerapkan seluruh strategi pengomposan di atas dalam waktu yang bersamaan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk menentukan strategi pengomposan:

1.      Karakteristik bahan yang akan dikomposkan.

2.      Waktu yang tersedia untuk pembuatan kompos.

3.      Biaya yang diperlukan dan hasil yang dapat dicapai.

4.      Tingkat kesulitan pembuatan kompos

V.                Tahapan pengomposan

1.      Pemilahan

Pada tahap ini dilakukan pemisahan bahan organik dari bahan anorganik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus


dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan

2.     Pengecil Ukuran

Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan bahan, sehingga bahan dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos

3.     Penyusunan Tumpukan

Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 1,2m x 1,75m. Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.

4.     Pembalikan

Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil- kecil.

5.     Penyiraman

Penyiraman dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering (kelembaban kurang dari 50%). Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan. Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.

6.     Pematangan

Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan. Pada saat itu


tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.

7.      Penyaringan


wal

 

Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di a 11 proses. Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.

 

VI.             Kontrol proses produksi kompos

1.      Proses pengomposan membutuhkan pengendalian agar memperoleh hasil yang baik.

2.      Kondisi ideal bagi proses pengomposan berupa keadaan lingkungan atau habitat di mana jasad renik (mikroorganisme) dapat hidup dan berkembang biak dengan optimal.

3.      Jasad renik membutuhkan air, udara (O2), dan makanan berupa bahan organik dari sampah untuk menghasilkan energi dan tumbuh.

VII.          Proses pengontrolan

Proses pengontrolan yang harus dilakukan terhadap tumpukan sampah adalah:


1.      Monitoring Temperatur Tumpukan                                                     9


2.     Monitoring Kelembapan

3.     Monitoring Oksigen

4.     Monitoring Kecukupan C/N Ratio

5.     Monitoring Volume

VIII.       Mutu kompos

1.     Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman.

2.     Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan mikroorganisme tanah yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman

3.     Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :

o    Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,

o    Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi,

o    Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan derajat

humifikasinya,

o    Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,

o    Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan

o    Tidak berbau.

DAFTAR PUSTAKA

Guntoro Dwi, Purwono, dan Sarwono. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase Terhadap Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Dalam Buletin Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

 

 

 

10


Articles

Related Articles