Share

PTT JAGUNG

Oleh : Andri Komara

DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN

KABUPATEN KUNINGAN

TAHUN 2023

Description: Benih jagung

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung adalah pendekatan inovatif untuk meningkatkan produktivitas dan efesiensi usahatani jagung. Pendekatan inovativ ini melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif oleh petani dan bersifat spesifik lokasi.


PTT dilaksanakan dengan prinsip sebagai berikut.

1) Parsipatif, petani berperan aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, dan meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di Laboratorium Lapangan.

2) Spesifikasi lokasi, PTT mermperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial budaya dan ekonomi setempat.

3)  Terpadu, PTT merupakan suatu pendekatan agar sumberdaya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu

4) Sinergis, PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, memperhatikan keterkaitan antara komponen teknologi yang saling mendukung

5)  Dinamis, PTT menerapkan teknologi yang selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosial ekonomi setempat.

 

PTT diterapkan melalui beberapa tahapan sbb.

1) Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) pengembangan sumber daya dan kondisi  lingkungan setempat. PMP ini dilakukan melalui :

(a) pengumpulan informasi dan analisis masalah, kendala dan peluang usaha tani jagung,

(b) pengembangan peluang dalam upaya peningkatan produksi jagung,

(c) Identifikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani setempat

2) Penentuan prioritas masalah secara bersama oleh anggota kelompok tani. Permasalahan setiap petani dikumpulkan, dikelompokan, dan dicarikan alternaif pemecahannya oleh semua peserta PMP.

3) Analisis kebutuhan dan peluang introduksi teknologi atas dasar permasalahan tersebut

4) Merakit berbagai komponen teknologi PTT berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan usaha taninya

5) Penyusunan RUK (Rencana Usaha tani Kelompok) berdasarkan kesepakatan kelompok.

6) Penerapan PTT

7) Pegembangan PTT ke petani lainnya.

 

Komponen teknologi PTT jagung

Komponen teknologi PTT jagung terdiri komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan diterapkan di semua areal pertanaman jagung. Penerapan komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat.

 

Komponen teknologi dasar

 1) Varietas unggul baru (VUB) hibrida atau komposit, umumnya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan deraan lingkungan setempat atau mempunyai sifat khusus tertentu. VUB hibrida antara lain adalah Bima 4, Bima 5 dan Bima 6, sedangkan VUB komposit antara lain adalah Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning 1 dan Srikandi Putih 1. Pemilihan VUB disesuaikan dengan kondisi setempat, keinginan petani.

2)   Benih bermutu dan berlabel adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>95%) yang umumnya ditemukan pada benih yang berlabel. Perlakuan benih dengan memberi bahan kimia anjuran seperti metalaksil diperlukan untuk mencegah penularan penyakit bulai.

3)   Populasi 66.000 – 75.000 tanaman/ha, populasi tanaman ditentukan oleh jarak tanam dan mutu benih yang digunakan. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 70-75 cm x 20 cm (satu biji per lubang) atau 70-75 cm x 40 cm (dua biji per lubang). Benih dengan daya tumbuh >95% dapat memenuhi populasi 66.000 – 75.000 tanaman/ha. Dalam budidaya jagung tidak dianjurkan menyulam karena pengisian biji dari tanaman sulaman tidak optimal.

4) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Pemberian pupuk berbeda antara lokasi, pola tanam, jenis jagung yang digunakan (hibrida atau komposit) dan pengelolaan tanaman. Penggunaan pupuk spesifik lokasi meningkatkan hasil dan menghemat pupuk.

Kebutuhan hara N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan daun jagung dengan Bagan Warna Daun (BWD), sedangkan kebutuhan hara P dan K dengan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK). Pupuk N diberikan dua kali yaitu 7-10 HST dan 30-35 HST. BWD digunakan pada 40-45 HST untuk menditeksi kecukupan N bagi tanamaan.

Pada lahan kering, pemberian pupuk P dan K mengacu pada PUTK. Pada lahan sawah, pemupukan P dan K juga dapat dilakukan berdasarkan peta status hara P dan K skala 1:50.000. Selain dengan cara di atas, kebutuhan pupuk tanaman jagung juga dapat diketahui melalui uji petik omisi (tanpa satu unsur), pengujian langsung di lahan petani dengan petak perlakuan NPK (lengkap), NP( minus K), NK (minus P) dan PK (minus N).

 

Komponen teknologi pilihan

1)   Penyiapan lahan :

(a) Olah tanah pada lahan kering, tanah diolah dengan bajak ditarik traktor atau sapi, atau dapat menggunakan cangkul, kemudian digaru dan disisir hingga rata;

(b)Tanpa olah tanah atau olah tanah minimum pada lahan sawah setelah padi.

2)   Pembuatan saluran drainase atau saluran irigasi: Pada lahan kering, saluran drainase diperlukan untuk mengalirkan air dari areal pertanaman terutama pada musim hujan, karena tanaman jagung peka terhadap kelebihan air. Saluran drainase dibuat pada saat penyiangan pertama dengan menggunakan cangkul atau mesin pembuat alur seperti PAI- 2R rancangan Balitsereal. Saluran drainase berfungsi sebagai pematus air pada musim hujan.

     Pada lahan sawah, saluran irigasi diperlukan untuk memudahkan pengaturan pengairan tanaman, dibuat pada saat penyiangan pertama. Irigasi yang dibuat untuk setiap dua baris tanaman lebih efesien dibandingkan dengan setiap baris tanaman.

3)  Pemberian bahan organik, berupa sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos (humus) merupakan unsur utama pupuk organik yang dapat berbentuk padat atau cair. Bahan organik bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah. Persyaratan teknis pupuk organik mengacu pada Permentan No 02/2006, kecuali untuk keperluan sendiri.

4)   Pembumbunan, bertujuan untuk memberikan linkungan akar yang lebih baik, agar tanaman tumbuh kokoh dan tidak mudah rebah. Pembumbunan dilakukan bersamaan penyiangan pertama dan pembuatan saluran, atau setelah pemupukan kedua (35 HST) bersamaan dengan penyiangan kedua secara mekanis. Pembumbunan dapat menggunakan mesin pembuatan alur atau cangkul.

5)   Pengendalian gulma secara mekanik atau dengann herbisida kontak. Penyiangan pertama menggunakan cangkul atau mesin pembuat alur. Penyiangan kedua manggunakan mesin pembuat alur, cangkul atau herbisida anjuran dengan takaran 1-2 liter per hektar, pada saat tanaman berumur 30-35 HST.

      Periode kritis tanaman jagung terhadap gulma adalah pada dua bulan pertama masa pertumbuhan. Manfaat penyiangan secara mekanik dengan mesin pembuat alur adalah ramah lingkungan, hemat tenaga kerja, meningkatkan jumlah udara dalam tanah dan merangsang pertumbuhan akar.

6)   Pengendalian hama dan penyakit, berdasarkan pengendalian secara terpadu dengan kegiatan sbb:

(a) Identifikasi jenis dan populasi hama oleh petani dan atau pengamat OPT di lapangan;

(b) Penentuan tingkat kerusakan tanaman menurut kerugian ekonomi atau ambang tindakan. Ambang tindakan identik dengan ambang ekonomi yang sering digunakan sebagai dasar teknik pengendalian;

(c) Tatik dan teknik pengendalian yaitu mengusahakan tanaman selalu sehat, pengendalian secara hayati, penggunaan varietas tahan, secara fisik dan mekanik, penggunaan senyawa horman, penggunaan pestisida kimia.

Hama utama tanaman jagung adalah lalat bibit, penggerek batang dan penggerek tongkol. Penyakit utamanya adalah bulai, bercak daun dan busuk pelepah.

7)   Panen tepat waktu dan pengeringan segera. kegiatan yang perlu dilakukan adalah:

(a) Panen dilakukan jika kelobot telah mengering atau berwarna coklat, biji telah mengeras, dan telah terbentuk lapisan hitam mininmal 50% pada setiap baris biji. Panen lebih awal atau pada kadar air biji masih tinggi menyebabkan biji keriput, warna kusam, dan bobot biji lebih ringan. Terlambat panen terutama pada musim hujan, menyebabkan tumbuhnya jamur, bahkan biji berkecambah

(b)   Tongkol yang sudah dipanen segera di jemur, atau diangin-anginkan jika terjadi hujan. Tidak menyimpan tongkol dalam keadaan basah karena dapat menyebabkan tumbuhnya jamur. Pemipilan biji setelah tongkol kering (kadar air ± 20%) dengan alat pemipil. Jagung pipilan dikeringkan lagi sampai kadar air 15%. Jika cuaca hujan, pengeringan menggunakan mesin pengering. Tidak dianjurkan menyimpan jagung pada kada air >15% dalam karung untuk waktu lebih dari satu bulan.

Sumber:

Pedoman Umum PTT Jagung, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2020

 


Articles

Related Articles